Gentle Sunday

Weeknotes 007 - terlalu banyak kabar duka

Mengapa ya, terlalu banyak berita sedih? Itu yang ada di pikiran saya saat menulis weeknotes ini. Ada bagusnya sih saya nulis tiap minggu. Lihat judulnya aja udah tau ada cerita apa. Tapi karena ceritanya sedih, saya pun sedih lagi.

Keluarga saya meninggal. Lagi. Jeda waktu satu bulan. "Nenek" saya yang kedua. Kami memanggilnya Nin (istilah sunda). Adik dari Kakek saya. Sering menemani Eyang (nenek; istri kakek saya), kakak iparnya kemana-mana. Termasuk saat berkunjung ke rumah saya.

Orangnya baik. Sabar menghadapi Eyang yang memang cerewet. Kalem dan penyabar. Banyak hal-hal yang beliau hadapi selama hidup. Berat. Mungkin karena itu beliau jadi orang yang tidak banyak keinginan. Saya sayang beliau. Tapi bukan cucu yang baik karena belum sempat menengok beliau sebelum ia pergi.

Memang kadang Nin sakit. Lalu pulang. Lalu cerita, "kemarin Nin sakit". Kemarin pun begitu. Saya kira, nanti Nin akan pulang. Beliau sakit paru-paru. Jadi kalau menengok, harus pakai masker dan ada precaution. Saya pikir, ah badan saya juga sedang tidak fit; saya tunggu sampai Nin pulang saja.

Nin nggak kunjung pulang. Rupanya Allah ingin Nin pulang. Saya menyesal. Nggak sempat ketemu. Nggak sempat menyemangati Nin. Menyesal karena lupa ternyata Nin belum pulang dari rumah sakit. Karena menggampangkan, nanti bisa berjumpa.

Setiap ketemu saya selalu pelukan sama Nin. Bercandanya selalu sama: Nin, ambil lemak aku ya. Nin juga sama: Neng, mau lemaknya dong buat Nin. Karena beliau sangat kurus.

Nin, maaf karena saya nggak jadi cucu yang baik. Makasih karena selalu nemenin Eyang, sabar dengerin kita semua. Semoga Allah memberikan surga-Nya yang terbaik.

Pekerjaan masih sama. Bergulir, bergilir. Saya sedang kejar setoran untuk acara besar minggu depan. Seperti biasa: siklusnya kecapekan, kerja, begadang, kecapekan. Akhir minggu sering butuh waktu sendiri, atau sekadar membayar "jatah tidur". Telepon dari keluarga. Maaf ya, akhir minggu ini capek. Maaf ya, minggu kemarin harus lembur.

Sedangkan saya nggak bisa berharap orang-orang akan tetap ada di tempatnya. Orang-orang menua. Saya menua. Di perjalanan pulang ke rumah, saya berpikir bagaimana kalau saya harus menghadapi hal ini lagi. Saat orang terdekat telah berakhir waktunya di dunia.

Bahkan sebenarnya, tidak harus orang yang sudah tua! Karena sejatinya kematian adalah pasti. Ketika kematian datang, tidak bisa minta berhenti. Pertemuan-pertemuan yang belum terwujud tidak akan lagi bisa diganti.

Hari itu, saya menangis sepanjang jalan pulang.


send your thoughts via email.

#2025 #ID #Personal Reflection #weeknotes