Gentle Sunday

Sebuah panduan singkat online dating

1

Pertama kali berkirim pesan dengan suami lewat online dating app, nggak ada pick-up line pintar. Yang ada hanyalah sebaris "Halo Mega!"

Saya membalas karena baru ingat ada pesan yang belum terbalas, dan namanya ada di paling bawah. "Ya, Halo juga!"

Obrolan basa-basi bergulir cepat. Nampaknya pikiran kami waktu itu sama: It's just an app anyway, nggak usah serius-serius amat. Dari cara mengobrol di teks, cowok ini nggak kelihatan menarik, pikir saya. Percakapan pun berakhir begitu saja.

Beberapa hari kemudian, saya heran dengan tag lokasinya yang berpindah begitu cepat dari Bandung ke Riau Kepulauan. Penasaran, saya bertanya. Dari sanalah saya tahu pekerjaannya yang berpindah-pindah, dan akrab dengan bidang pekerjaan saya saat itu.

Beberapa hari setelah dia ada di Bandung, dia mengabarkan bahwa dia akan segera pergi tugas (lagi), kali ini ke Timor Leste. Gimana kalau ketemu sebentar untuk ngopi? Dia menawarkan. Saya mengiyakan, toh ngopi paling lama hanya dua jam. Maka sore itu kami bertemu di sebuah kafe dekat kantor saya.

Enam tahun sejak pertemuan itu. Lima tahun sudah saya dan suami menikah.

Sekali-sekali saya masih suka mengingatkan dia dengan screenshot-screenshot awal percakapan, dan dia langsung teriak stres saking cringe-nya. 🤣 Setidaknya setahun sekali kami masih menyempatkan ke kafe itu, dan merayakan pertemuan basa-basi yang jadi awal istimewa.

Dulu, sepertinya orang yang bisa menikah berkat aplikasi adalah sesuatu yang spesial, karena masih jarang. Namun kini, tidak lagi. Interaksi virtual adalah hal yang akrab dengan keseharian. Meskipun begitu, toh saya juga masih suka menerima pertanyaan:

"Kok bisa, sih?"

"Gimana caranya, sih?"

Saya nggak punya resepnya, tapi saya punya aturan main tersendiri supaya prosesnya tetap menyenangkan dan nggak bikin repot. Ini untuk orang yang memang menggunakan aplikasi ini untuk normal dating, ya. Saya nggak memperhitungkan one night stand dan teman-temannya ke sini. šŸ‘šŸ»

Yang asyik dan mudah dari aplikasi online dating

Zaman sekarang, convenience means practical and quick. Online dating app jadi salah satu cara untuk mengenal orang baru. Somehow, the stakes are higher; mayoritas orang yang ada di aplikasi itu memang ingin mengenal orang baru, jadi setidaknya, ada niat lebih dari kedua belah pihak.

Jam kerja semakin panjang, tidak jarang lembur. Lokasi kerja yang jauh membuat kita lebih banyak menghabiskan waktu di perjalanan--be it public transportation atau kendaraan pribadi. Suka atau tidak, layar ponsel jadi sesuatu yang akrab dengan keseharian. (Walau saya sekarang masih berusaha mengelola screen time)

Maka, wajar online dating app populer sebagai salah satu solusi praktis kenalan dengan orang baru. Nggak harus online dating app, media sosial biasa pun bisa jadi ajang mencari jodoh. Misalnya saja akun @hrdbacot yang terkenal dengan sesi tagar matchmaking-nya.

Agar pengalaman online dating tetap menyenangkan

Penyebab saya buka aplikasi online dating dulu cuma satu: saya sibuk kerja, sering kecapekan di akhir minggu, sementara kantor saya isinya bapak-bapak dan orangtua. Gimana caranya dapet jodoh, coba?

Di bawah usia 25 tahun, bertemu orang baru dan mengeksplor perkenalan di dating realm bisa jadi hal yang fun. Namun sebagai orang yang pernah mengalami mulai dari awal di atas usia 25, saya paham banget kalau kesibukan kerja dan tanggung jawab keseharian bisa bikin dating terasa jadi hal yang malesin dan bikin capek.

Aku bosen sendirian, pengen kenalan sama orang baru, tapi males berurusan sama prosesnya!

Supaya proses ini tetap menyenangkan, ada rambu-rambu yang harus dijaga. Sebenarnya ini nggak hanya layak diaplikasikan untuk online dating, tapi berlaku juga untuk bertemu orang baru.

Turunkan ekspektasi, tapi tetap selektif

Sebelum bisa ngobrol atau bertemu, tentu ada proses memilih. Di sinilah kita harus menurunkan ekspektasi.

Menurunkan ekspektasi bukan berarti menurunkan standar. Justru jalankan proses match dengan santai. Sistem swipe atau memilih memang sedikit terasa seperti game, so make it like a game. Lakukan bareng teman (perempuan/laki-laki) yang bisa membantu memilih sambil ngemil. Atau sesekali swipe orang yang di luar tipe yang biasanya. Nggak perlu mikir lama-lama.

Jangan anggap setiap match sebagai the one. Pendekatan yang lebih santai bisa mengurangi stres dan bikin pengalaman dating jadi lebih enjoyable. Tapi tetap pastikan ada standar tertentu yang dipegang. Pada umumnya, hal ini bisa dijadikan pegangan:

  1. Pilih foto yang kualitasnya baik dan bukan crop asal dari foto ramai-ramai. (Foto ramai-ramai boleh kalau bukan foto utama).
  2. Selain foto wajah, sebaiknya pilih profil yang menampilkan seluruh badan secara keseluruhan.
  3. Profil yang hanya menampilkan witty one-liner oke buat bahan obrolan, tapi pastikan bahwa identitas manusianya bisa dipastikan. (Nggak mau kan ketemu sama date swindler)
  4. Baiknya ada keterangan pendidikan atau keterangan pekerjaan yang lengkap, atau lebih baik keduanya.

3

Jangan chat terlalu lama--segera meet up

Nggak ada resep perkenalan pertama lewat chat yang menarik. Se-oke apa pun pick up line-mu, kalau asyik di chat tapi pas ketemu garing, buat apa? Jadi, biarkan mengalir saja sebagaimana dirimu sendiri.

Ngobrol-ngobrol awal untuk pemanasan, cariĀ mutual topicĀ yang sekiranya nyambung, dan mulai raba-raba kecocokan dari situ. Tapi jangan kelamaan! Kalau memungkinkan, maksimalĀ tiga-enam hariĀ chat, langsung ketemuan aja.

Terlalu lama diĀ chatĀ membuat imajinasi rentan mengalahkan logika. Ekspektasi yang terbangun jadi terlalu tinggi, terlebih kalau orangnya pintar "merayu" lewat teks. Jadikan percakapan online hanya sebagai filter awal, karena yang paling penting tetap tatap muka antar manusia.

Ketemu di venue publik, make it a coffee date

Mengapa saya spesifik menyebut coffee date sebagai solusi terbaik? Tentu saja karena: bertemu hanya satu-dua jam, banyak pilihan tempat, dan tidak perlu komitmen tinggi.

Movie date membuat kamu terjebak minimal dua jam bersama orang tak dikenal di tempat gelap. Dinner date bisa membuat ekspektasi melambung terlalu tinggi dan butuh terlalu banyak effort bagi kedua belah pihak.

Pilih waktu menjelang siang di hari libur supaya bisa sekalian makan siang kalau obrolan mengalir asyik, atau sore hari ketika jam pulang kerja. Kalau obrolan tidak cocok, satu jam cukup dan kamu bisa membuat alasan apa pun karena dari awal memang tidak ada ekspektasi berlama-lama.

Kopi darat adalah opsi terbaik untuk pertemuan pertama. Kalau mau split bill, tetap wajar karena nominal ngopi tidak terlalu besar; tapi kalau kamu cowok gentleman, pick the bill for her.

Jangan ketemuan di tempat yang sama untuk orang yang berbeda--biar kamu ada ingatan beda-beda dan juga bisa eksplor tempat baru, dong. 🤠

cek Catatan Ngopi untuk (sedikit) review kopi di Bandung.

Precaution Bonus: Untuk perempuan yang bertemu dengan laki-laki, saya menyarankan ambil venue yang familier dan sudah dikenal sebelumnya. Kalau cowoknya memang berniat, pasti dia akan comply. Beritahu satu orang teman ke mana kamu pergi dan jam berapa, sehingga siap membantu kalau ada apa-apa.

Be honest, but not to deep

Terus, ngomongin apa sih pas pertemuan pertama? Itu sebabnya jangan chat lama-lama, supaya lebih banyak yang bisa diobrolkan saat bertemu. Perhatikan apa yang diobrolkan dan bagaimana partnermu bicara.

Saya cukup pede menyebut diri sendiri sebagai ahli small talk. Tidak terhitung berapa percakapan saya dengan pedagang, sesama penumpang, atau driver yang berakhir menjadi sesi curhat offline (lol). Jadi hal ini cukup mudah untuk saya.

Pada dasarnya, orang senang dan lebih mudah bercerita tentang dirinya sendiri. Karena itu tanyakan tentang orang tersebut. Cari tahu apa interest-nya di luar dating. Hobi, riwayat hidup (bukan yang detail), dan cari kecocokan dari hal-hal trivial. Tanpa terasa obrolan akan mengalir lancar.

Ketulusan bisa dirasakan oleh intuisi. Ini bukan hal yang bisa dijabarkan dengan deskripsi, tapi kamu akan tahu mana yang tulus dan mana yang hanya memenuhi kewajiban atau hanya iseng.

Things to look out for

Jangan bawa topik berat di pertemuan pertama. Jangan cerita tentang mantan, pandangan agama, apalagi politik.Ā Small talkĀ dulu, cari kecocokan dari hal-hal ringan. Take cues dari apa yang mereka obrolkan, dan bagaimana mereka menanggapi omonganmu.

Orang yang selalu ngomongin dirinya sendiri patut dicurigai--atau orang yang selalu mengalihkan pembicaraan untuk dirinya sendiri. Begitu juga dengan cerita yang terlalu sombong dan hebat. Jangan terkagum-kagum dengan cerita kehebatan, karena bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan manusia narsis.

Perhatikan juga konsistensi. Apakah dia bisa menjelaskan dengan lancar? Apakah fakta yang dia sebutkan saling berhubungan dan logis, atau malah nggak masuk akal? Hal-hal di atas tentu belum tentu bisa terlihat semua di pertemuan pertama, tapi jadikan saja panduan.

Precaution Bonus: Catat dalam hati hal-hal yang dia sebutkan seperti pekerjaan atau pendidikan dan tempat tinggal. Kalau misalnya kuliah, cek namanya di PDDikti. Quick search di LinkedIn dan media sosial lain adalah hal yang baik juga untuk dilakukan. Hal ini berlaku baik untuk laki-laki dan perempuan.

Lebay? Kepo? Menurut saya enggak. Karena perkenalan terjadi di gelanggang online dating, tidak jarang kita sama-sama mulai mengenal dari nol. Rawan terjadi penipuan atau perbedaan fakta. Maka wajib waspada.

Syukur-syukur kalau bertemu dengan orang yang punya mutual friend dengan kita, atau ternyata dulunya satu sekolah/satu komunitas. Tapi kalau tidak ada latar belakang yang sama, background check perlu dilakukan untuk keamanan.

Have fun? Mari ketemu lagi!

Apakah ketemuannya menyenangkan? Selamat melanjutkan obrolan di chat, dan ketemu lagi, tentu saja. Untuk pilihan date kedua, tempatnya sudah bisa jauh lebih bebas, bisa menyesuaikan dengan karakter masing-masing. Suka nonton boleh nonton, suka main bisa ke game center, atau kulineran ke tempat yang sama-sama baru.... the options are endless.

Setiap date adalah kesempatan buat belajar tentang diri sendiri—apa yang disukai, apa yang bikin nyaman, dan tipe orang seperti apa yang benar-benar cocok. Jangan dijadikan tugas atau kerjaan. Kalau ketemu orang baru jadi terasa capek, waktunya istirahat, uninstall, kapan-kapan coba lagi.

Pun, bertemu orang baru tidak selalu lewat online dating. Menemukan komunitas yang tepat untuk mengisi hobi adalah salah satunya. Aktif di komunitas secara online juga bisa. Aplikasi online dating pada dasarnya hanyalah salah satu cara, dan hal-hal di atas adalah semacam peta agar setidaknya dijauhkan dari orang-orang aneh di dunia maya.

2

Faktor penentu X

Kadang, sampai sekarang, saya juga masih nggak percaya bisa-bisanya ketemu dan menikah dengan suami saya. Saya orang yang (ngakunya) nggak bisa kalau kenalan dari nol sama orang baru soal romansa. Saya orang yang (ngakunya) perlu berteman sampai bertahun-tahun baru bisa bicara soal percintaan.

"Kalau waktu itu aku nggak nge-iyain ajakan ngopi, kita bakal nikah nggak, sih? Kayaknya enggak, ya?" Saya iseng bertanya.

"Kayaknya nggak bakal." Suami saya mengangguk setuju. "Itu pas banget aku ke Timor Leste, terus jadwal kerjanya diundur dan aku sering bengong sebulan lebih. Kalo aku sibuk, belum tentu sering ngobrol sama kamu."

Tertawalah kami, lepas. Di atas semua rencana, ketidaksengajaan, dan obrolan yang dibantu aplikasi, tetaplah ada penentu-nya. Siapa lagi kalau bukan tangan-tangan Tuhan? Kalau Tuhan nggak memberi jalan, kami nggak bisa bertemu. Kalau situasinya tidak pas, kami belum tentu bisa mengobrol.

Kalau masing-masing dari kami tidak membuka hati, tidak akan ada kesempatan yang terbuka.

Karena itu, sama seperti metode lainnya--entah perjodohan orangtua, bertemu di kegiatan selepas kerja, atau bertemu di reuni SMA, tak pernah ada yang tahu. Entah bertemu kapan, sekarang atau besok, atau masih nanti. Yang pasti, semua fase dan masa harus dinikmati dan dijalani sepenuh hati.

Enjoy your dating time,

Mega


thanks for reading!

kirim komentar lewat email atau mention saya di threads.

Suka baca tulisan saya? langganan atau dukung saya lewat nihbuatjajan.

#2025 #Relationship #blog