Catatan Ngopi: Fore Coffee
Dalam rangka slowing down dan menuliskan pikiran lebih rajin lagi, mohon jangan heran kalau blog ini akan banyak diisi dengan postingan-postingan pendek. Selain Twitter/X, saya ingin menjadikan blog sebagai buku catatan tahun ini. (Tentu saja saya yakin temen-temen yang baca mah oke-oke aja, tapi sebagai blogger yang sebelumnya doyan bikin postingan sepanjang dunia, it’s a quite radical change for me.)
Seperti sudah saya ceritakan sekilas, per tahun 2023, saya minum kopi lagi. Perut pelan-pelan bisa menoleransi, tapi tetap saja saya beraninya minum latte alias kopi susu. Maklum, bertahun-tahun nggak minum kopi—hanya seteguk-dua teguk hitungan jari dalam satu tahun—bikin mulut saya kembali nggak familier dengan rasa pahitnya. Kadang asam lambung kembali kumat, tapi nggak separah dulu sih.
I found joy in drinking coffee again, just like tea. Seperti biasa, maka selamat datang di Catatan Ngopi seri perdana, yang semoga ada banyak terusannya.
Cerita Bertemu Fore
Pertama nyobain Fore adalah sewaktu saya dan suami memutuskan untuk coba-coba lebih banyak merek kopi lokal. Waktu itu seri Buttercream Temptations baru keluar, dan setelah nyoba satu kok ya jadi nagih. Jadilah, awal-awal saya bisa minum kopi, sering banget minum Fore ini (sampai seminggu sekali). Setelah dompet kempes dan sadar gula, Honeymoon phase ini hilang dengan sendirinya. Wkwkwk.
Saya lebih sering pesan Fore lewat delivery, karena ada aplikasinya. Enak, suka ngasih diskon, dan poinnya bisa dibelikan kopi lagi. Untuk cabang yang pernah didatangi hanya dua: cabang Cimahi yang dekat rumah, dan cabang Dipati Ukur yang dekat kantor. Tampilan keduanya konsisten—elemen natural hijau dan putih; jadi look and vibe-nya tetap sama. Ukurannya saja yang berbeda.
Tidak semua cabang Fore nyaman untuk WFC (Work from Cafe), katanya. Dari dua abang tersebut, saya Cabang Dipati Ukur adalah yang paling nyaman untuk WFC. Colokannya banyak, WiFi-nya kenceng, tempatnya luas dan buka dari pukul tujuh pagi. Nggak heran, ketika saya WFC di sini pada pukul sembilan pagi di hari kerja, sudah banyak yang menempati meja masing-masing.
Sementara, cabang Cimahi sebaliknya: agak sempit, dan WiFi-nya kurang oke. Pengaruh tempat sempit itu juga bikin ngapa-ngapain agak kagok. Belum pernah dites WFC sih, tapi kayaknya kalau mau WFC di Cimahi, saya nggak akan ke Fore cabang sana.
Menu yang Pernah Dicoba
Iced Buttercream Latte
Menu pertama yang saya pesan dan langsung suka! Sesuai namanya, ada rasa buttery, creamy, tapi nggak berasa berat. Buttercream-nya nggak “tajam”. Kopi-nya mulus aja gitu langsung ke tenggorokan. Baik normal sugar maupun less sugar sama-sama enak. Yang saya suka dari Fore adalah *espresso-*nya termasuk ringan. Cocok banget buat pemula kopi kayak saya.
Iced Buttercream Tiramisu Latte
Hands down menu favorit saya nih. Suka suka suka pake banget. Rasanya termasuk manis, paling manis di antara semua menu Fore yang saya coba. Sesuai namanya, ini buttercream dengan rasa tiramisu. Rasanya kayak makan dessert tapi cair. Penyajiannya pakai foam yang cukup tebal, jadi pengalaman minumnya menyenangkan.
Iced Buttercream Choco Mint
Seri buttercream yang paling sedikit hint rasa buttercream-nya, lebih dominan rasa coklat. Tapi tetap ada rasa kopi yang ringan dan smooth. Oh iya, mint-nya tuh saya kira bakalan berasa aneh, tapi ternyata enak! Meskipun bukan jadi pilihan utama saya untuk order, tapi rasanya bisa diterima oleh saya.
Iced Butterscotch Sea Salt Latte
Karena sebelumnya sudah mencoba Buttercream Latte, menu ini jadi terasa kurang istimewa buat saya. Mungkin juga karena tiga menu di atas manis-manis semua ya, ketika bertemu yang profil rasanya tidak semanis seri di atas, jadinya bingung wkwk. Kalo ada kesempatan lagi nanti mau beli lagi ah, karena sekarang saya sudah lebih terbiasa dengan kopi.
Buat yang suka kopi bercitarasa gurih, cocok beli ini, karena ada citarasa asin-gurih dari sea salt-nya. Untuk butterscotch-nya menurut saya kurang berasa, tapi seperti biasa, kopinya smooth sailing.
Berry Manuka Americano
Full refresher dengan rasa yang segar dan ringan, tapi mendadak ada hint kopi-nya gitu, hampir ngga berasa. Awalnya kerasa aneh, tapi lama-lama cocok di lidah. Lebih dominan rasa buah dan madu yang asem-asem manis. Kayak minum teh buah dan kopi sekaligus. Bukan menu favorit, tapi rasanya enak!
Iced Pandan Latte
Ini bagian dari menu reguler, jadi rasanya juga relatif tidak manis. Rasanya sangat ringan, dengan aroma pandan yang menurut saya kurang terasa. Again, ini kayaknya karena saya belum terbiasa dengan kopi yang gulanya sedikit. Tetapi, karena tipe kopi-nya ringan, jadinya kayak kurang berasa juga, krisis identitas :’) maafkan aku, Pandan Latte.
Iced Caramel Praline Macchiato
Macchiato adalah menu favorit saya di coffee shop lain. Maka waktu itu dengan pede memesan menu ini. Ternyata menu ini bukan favorit saya, karena rasa cokelatnya sangat strong, mengalahkan rasa kopi-nya. Pun, praline yang saya kira akan mendukung, ternyata menjadikan kopi terlalu manis di mulut. Kopinya nggak salah sih, soalnya sesuai nama; rasanya seperti minum coklat yang baru dicairkan. Hampir-hampir terasa seperti menu non-coffee.
Iced Malt Latte
Satu lagi menu yang tidak memorable buat saya, karena berasa interchangeable. Mirip Butterscotch, mirip Caramel, nggak ada yang distinguishable, jadi rasanya nggak istimewa. Maaf ya, Malt Latte, kita tidak berjodoh :’)
Iced Aren Latte
Varian ini bisa banyak ditemukan di merek kopi lain, jadi saya tidak bisa begitu membedakan keistimewaannya. Sesuai dengan bintang utamanya saja, kopi di Fore terasa smooth, sehingga meminumnya mudah dengan pengalaman yang menyenangkan. Masih jadi yang enak menurut saya.
Menu Ekstra: Pastries & Cakes
Karena fokusnya kopi, saya nggak kaget sih ketika merasakan menu pendukungnya nggak enak-enak amat. Cuma sayang aja nggak digarap dengan serius. Sandwich-nya kalau saya bilang, bukan menu yang bisa direkomendasikan--karena ya itu, tidak terkesan digarap serius sebagai teman ngopi ataupun sarapan.
Satu menu pendamping yang saya suka adalah Cempedak cake, alias kue bolu dengan citarasa cempedak. Rasa manisnya legit, nggak bikin eneg, cocok sekali sebagai pendamping kopi. Sayangnya, mungkin karena kurang peminat, menu ini sudah discontinue.
My Current to-go Coffee Shop
Setelah mendaftar menu-menu yang dicoba di atas, ternyata banyak juga yang pernah saya coba di Fore (baru sadarrr banget ini mah). Selain karena harganya yang affordable, Fore juga sering memberikan promo bundle atau voucher, terutama di aplikasinya. Dari pengalaman mencoba di dua cabang, rasa kopi-nya pun konsisten.
Ketika Fore muncul di Indonesia, saya skeptis karena berpikir Fore hanyalah startup yang mengandalkan aplikasi saja. Ternyata, untuk saat ini, Fore bisa dibilang tempat beli kopi favorit. Kalau nongkrongnya, not so much; masih banyak tempat ngopi yang lebih cozy dan menyenangkan. Tetapi, rasa kopi yang ringan, menu yang beragam, serta konsistensi rasa, membuat saya kembali lagi ke sini.
Kalau nyoba menu lain lagi, nanti post ini akan di-update. Sekarang saya lagi hobi nyoba-nyoba kopi di berbagai tempat. Jadi, ada rekomendasi merek kopi yang mungkin harus saya coba? Tapi yang cabangnya ada di Bandung, ya 🤣
Salam,
Mega
thanks for reading!3>
kirim komentar lewat email atau mention saya di threads.
Suka baca tulisan saya? langganan atau dukung saya lewat nihbuatjajan.